Catatan kecil Mbah Jerangkong
Friday, July 24, 2015
Jendela hati, ke mana kita melihat
Pernahkah kita menyadari kalau kita hidup seperti dari balik jendela ? jendela itu adalah mata kita, semua yang kita lihat melaluinya sangat terbatas, bahkan kita tak mampu melihat wajah kita sendiri. Seringkali kita hanya melihat apa yang ada diluar jendela itu, padahal kita tidak bisa melihat banyak apa yang ada di luar jendela itu, pernahkah anda mencoba melihat apa yang ada dibalik jendela itu ? Itulah hati kita, banyak hal yang bisa kita lihat disana, amat sangat luas dan indah.
Melihat kedalamnya kita akan melihat kefanaan kita, keterbatasan kita, kesombongan kita yang tiada artinya, cinta yang semu, idealisme yang tidak berguna dan kita juga bisa melihat keindahan syukur, keindahan berbagi, cinta Rasulullah, kehinaan kita sebagai hamba Allah dan banyak hal lagi. Melihat ke dalam hati akan membuat kita menjadi orang yang berpandangan luas, dan menjadi insan yang penyayang
untuk saudara dan sahabat-sahabat terbaik saya di SEP
Selamat sore,
Hari ini 30 Juni 2015, keluarga besar kita akhirnya berpisah, menapaki jalan masing-masing yang Insyaallah akan jauh lebih indah akhirnya nanti. Bersama dulu kita membangun keluarga ini dari tiada, lalu sedikit ada, menjadi besar, dan sekarang kembali menjadi tiada. Sesungguhnya setiap yang berawal pasti akan mengalami akhirnya, termasuk keluarga kita ini, walaupun saya yakin akan hal itu, tapi hati ini tetap terluka juga.
Waktu berlalu begitu cepat, meninggalkan sesuatu menjadi yang dikenang dan yang dilupakan, hari berganti, bulan bergulir, tahun pun berlalu, hampir sepuluh tahun saya bersama kalian, sebuah bagian yang indah dari perjalanan hidup saya. Selama itu pula banyak sekali ketidaksempurnaan, ketidakadilan, yang sekalipun saya berusaha dan berfikir dengan segenap kebijaksanaan untuk memberikan yang terbaik tetapi hasilnya tidaklah begitu. Untuk itu mohon saya dimaafkan, mohon diihlaskan, setiap kata-kata, perbuatan, sikap dan keputusan saya yang kurang berkenan dihati kalian selama ini, berikan saya maaf, jangan disisakan kekesalan hatinya, sehingga tidak akan terlalu berat beban pertanggungjawaban saya di akhirat nanti.
Pun begitu, saya haturkan terimakasih yang tulus, dari lubuk hati yang terdalam, tanpa kalian, tanpa kerja keras kita, tiadalah kita menjadi sebesar dan dalam keadaan yang sebaik sekarang ini.
Kalian semua adalah keluarga saya, dan akan begitu seterusnya. Kalian akan selalu mengisi hati saya, akan selalu ada dalam setiap doa-doa saya. Pintu saya akan selalu ada untuk kalian. Semoga kita semua diberikan oleh-Nya jalan yang mudah, dalam mencari rizqi, dalam menggapai cita-cita, jodoh, segala harapan yang mulia dan yang paling utama dalam mencari ridha-Nya.
Jadilah orang yg jujur dan dapat dipercaya, jadilah manusia terbaik untuk keluarga, sahabat dan semua orang. Sesungguhnya setiap kebaikan yang kita lakukan, akan berbuah lebih banyak lagi kebaikan dan untuk itulah kita hidup.
Akhirnya, mari kita menyambut pagi, menyongsong matahari yang akan segera terbit, membawa rahmat dari-Nya bagi seluruh alam.
Wassalam,
Ariful Ulum
30 Juni 2015
Ariful Ulum
30 Juni 2015
Friday, September 7, 2012
Allah melihat ke dalam hati kita ketika kita berdoa
Cikarang, 7 September 2012
Allah berfirman :
“(Dan) Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagimu.” (QS. Al Mukmin : 60) “(Dan) apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al Baqarah : 186)
Sedemikian dahsyat nya doa ini, tapi sadarkah setiap kita berdoa apakah yang kita minta ? tundukkah hati kita ketika itu ? khusukkah kita melakukannya ? penuh harapan ataukah hanya rangkaian hafalan yang kita tidak tahu artinya ? dan masih banyak pertanyaan lagi.
Sesungguhnya kita sedang mengemis kepada seorang raja ketika kita berdoa, raja itu adalah raja terbesar di alam, rajanya segala raja, yang memiliki segala yang kita minta, tentu kita harus bersungguh-sungguh, sadar-sesadar-sadarnya, dan mengerti kita sedang minta apa, beberapa hal ini untuk kita renungkan, untuk diri saya sendiri, untuk saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku dan semuanya
- Ketika kita berdoa, mengertikah kita kita sedang meminta apa ? kalau berdoa dengan doa yang mashyur dalam bahasa Arab, pelajari dulu maknanya, resapi dulu, sehingga ketika kita menengadahkan tangan meminta kepada Dzat yang Maha Pemurah itu, kita tidak seperti seekor burung beo yang pandai berkata-kata, tetapi sejatinya tidak mengerti apa yang dia ucapkan.
- Apakah kita khusu' dalam berdoa ? apakah kita berharap dengan sangat kepada Nya ? apakah hati kita ihklas ? Kebanyakan kita berdoa, tapi hati kita bercabang memikirkan hal-hal yang lain, bagaimana mengharapkan sesuatu kalau kita tidak serius memintanya ?
Ketika kita berdoa, Allah melihat ke dalam hati kita, bukan rangkaian kata-kata yang kita ucapkan
Mbah Jerangkong
Friday, June 24, 2011
Why is it often hard for organizations to get serious about quality assurance?
Solving problems is a high-visibility process; preventing problems is low-visibility. This is illustrated by an old parable:
In ancient China there was a family of healers, one of whom was known throughout the land and employed as a physician to a great lord. The physician was asked which of his family was the most skillful healer. He replied,
"I tend to the sick and dying with drastic and dramatic treatments, and on occasion someone is cured and my name gets out among the lords."
"My elder brother cures sickness when it just begins to take root, and his skills are known among the local peasants and neighbors."
"My eldest brother is able to sense the spirit of sickness and eradicate it before it takes form. His name is unknown outside our home."
This is a problem in any business, but it's a particularly difficult problem in the software industry. Software quality problems are often not as readily apparent as they might be in the case of an industry with more physical products, such as auto manufacturing or home construction.
Many organizations are able to determine who is skilled at fixing problems, and then reward such people. However, determining who has a talent for preventing problems in the first place, and figuring out how to incentivize such behavior, is a significant challenge.
- Rick Hower -
In ancient China there was a family of healers, one of whom was known throughout the land and employed as a physician to a great lord. The physician was asked which of his family was the most skillful healer. He replied,
"I tend to the sick and dying with drastic and dramatic treatments, and on occasion someone is cured and my name gets out among the lords."
"My elder brother cures sickness when it just begins to take root, and his skills are known among the local peasants and neighbors."
"My eldest brother is able to sense the spirit of sickness and eradicate it before it takes form. His name is unknown outside our home."
This is a problem in any business, but it's a particularly difficult problem in the software industry. Software quality problems are often not as readily apparent as they might be in the case of an industry with more physical products, such as auto manufacturing or home construction.
Many organizations are able to determine who is skilled at fixing problems, and then reward such people. However, determining who has a talent for preventing problems in the first place, and figuring out how to incentivize such behavior, is a significant challenge.
- Rick Hower -
Wednesday, May 4, 2011
Kisah seorang sopir bus
Based on true story,
diceritakan kembali oleh Mbah Jerangkong
Pada suatu sore lewatlah sebuah bus pariwisata berwarna putih membelah jalan tol jakarta, kebetulan kondisi lalu lintas sedang sepi, sehingga bus ini dengan leluasa melaju kencang.
Sesekali terdengar gelak tawa dari dalam bus itu, rupanya sekelompok orang menyewa bus ini untuk berwisata. Bus ini milik perusahaan penyewaan bus yang banyak disewa oleh perusahaan besar di Jakarta untuk mengantar karyawan mereka.
Semua berjalan lancar, orang-orang bahagia karena perjalanan yang meyenangkan, dan didalam bus sang sopir ditemani keneknya yang asyik bersiul-siul dekat pintu depan bus. Sampai saat mendekati sebuah flyover tiba-tiba bus itu oleng, berjalan zig-zag, orang-orang sontak terdiam, semua mata tertuju Pak Sopir, "Woii Pir mabok kau ya, bawa mobil yang bener tong", teriak seorang penumpang di bangku belakang, kenek bus juga menoleh ke arah Pak Sopir, namun Pak Sopir hanya diam, wajahnya terlihat tegang, keringat dingin mengucur deras, urat-urat di lehernya terlihat menegang.
Menaiki flyover mobil semakin oleng, wanita dan anak-anak menjerit-jerit, sedang penumpang laki-laki mulai menyumpah-nyumpah sambil berpegangan ke besi pegangan. Keadaan sangat genting saat itu, posisi bus diatas flyover dan mulai menabrak2 pembatas jalan, kalau sampai pembatas jalan jebol alhasil bakal terjun bebas kebawah. Situasi semakin menegangkan, penumpang semakin panik dan Pak Sopir masih membisu, terlihat dia berusaha berbicara, tapi hanya gumaman tidak jelas yang terdengar, terlihat beliau kesulitan mengendalikan laju bus. Tiba-tiba kenek melompat, seperti berebut kemudi dia berusaha mengendalikan jalannya bus supaya tidak jatuh kebawah.
Penumpang wanita mulai menangis melihat kejadian ini, reaksi penumpang lain bermacam-macam, ada yang bertakbir, ada yang bertobat, ada yang menyumpah-nyumpah. Tiba-tiba bus berguncang keras....."Braaakkkkk......." rupanya menabrak pembatas jalan dengan keras, tapi kenek berhasil menghentikan laju bus, sedikit badan bus sudah mengambang melewati pembatas jalan.
Orang-orang berebut keluar lewat pintu belakang, tiba-tiba seseorang menarik Pak Sopir keluar bus, sebuah pukulan mendarat telak di wajah Pak Sopir, berikutnya tendangan di perutnya, beberapa orang lainnya segera ikut membaur menghajar sopir malang itu, tendangan, pukulan, umpatan sudah tak terhitung mendarat di tubuh sopir malang itu, kenek berusaha melerai, tapi apa daya ia hanya seorang diri. Darah mengucur deras dari luka-luka Pak Sopir, polisi datang terlambat, kemudian datanglah mobil ambulance membawa Pak Sopir ke rumah sakit terdekat, di tengah jalan beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Hasil visum mengatakan, beliau terkena stroke waktu sedang bertugas, dan orang-orang menghabisinya tanpa mau tau apa sebabnya.
Seringkali kita menghakimi orang dengan kejam padahal seharusnya kita menimbang dan memeriksa dahulu, nasi sudah menjadi bubur, semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran kita di kemudian hari.
diceritakan kembali oleh Mbah Jerangkong
Pada suatu sore lewatlah sebuah bus pariwisata berwarna putih membelah jalan tol jakarta, kebetulan kondisi lalu lintas sedang sepi, sehingga bus ini dengan leluasa melaju kencang.
Sesekali terdengar gelak tawa dari dalam bus itu, rupanya sekelompok orang menyewa bus ini untuk berwisata. Bus ini milik perusahaan penyewaan bus yang banyak disewa oleh perusahaan besar di Jakarta untuk mengantar karyawan mereka.
Semua berjalan lancar, orang-orang bahagia karena perjalanan yang meyenangkan, dan didalam bus sang sopir ditemani keneknya yang asyik bersiul-siul dekat pintu depan bus. Sampai saat mendekati sebuah flyover tiba-tiba bus itu oleng, berjalan zig-zag, orang-orang sontak terdiam, semua mata tertuju Pak Sopir, "Woii Pir mabok kau ya, bawa mobil yang bener tong", teriak seorang penumpang di bangku belakang, kenek bus juga menoleh ke arah Pak Sopir, namun Pak Sopir hanya diam, wajahnya terlihat tegang, keringat dingin mengucur deras, urat-urat di lehernya terlihat menegang.
Menaiki flyover mobil semakin oleng, wanita dan anak-anak menjerit-jerit, sedang penumpang laki-laki mulai menyumpah-nyumpah sambil berpegangan ke besi pegangan. Keadaan sangat genting saat itu, posisi bus diatas flyover dan mulai menabrak2 pembatas jalan, kalau sampai pembatas jalan jebol alhasil bakal terjun bebas kebawah. Situasi semakin menegangkan, penumpang semakin panik dan Pak Sopir masih membisu, terlihat dia berusaha berbicara, tapi hanya gumaman tidak jelas yang terdengar, terlihat beliau kesulitan mengendalikan laju bus. Tiba-tiba kenek melompat, seperti berebut kemudi dia berusaha mengendalikan jalannya bus supaya tidak jatuh kebawah.
Penumpang wanita mulai menangis melihat kejadian ini, reaksi penumpang lain bermacam-macam, ada yang bertakbir, ada yang bertobat, ada yang menyumpah-nyumpah. Tiba-tiba bus berguncang keras....."Braaakkkkk......." rupanya menabrak pembatas jalan dengan keras, tapi kenek berhasil menghentikan laju bus, sedikit badan bus sudah mengambang melewati pembatas jalan.
Orang-orang berebut keluar lewat pintu belakang, tiba-tiba seseorang menarik Pak Sopir keluar bus, sebuah pukulan mendarat telak di wajah Pak Sopir, berikutnya tendangan di perutnya, beberapa orang lainnya segera ikut membaur menghajar sopir malang itu, tendangan, pukulan, umpatan sudah tak terhitung mendarat di tubuh sopir malang itu, kenek berusaha melerai, tapi apa daya ia hanya seorang diri. Darah mengucur deras dari luka-luka Pak Sopir, polisi datang terlambat, kemudian datanglah mobil ambulance membawa Pak Sopir ke rumah sakit terdekat, di tengah jalan beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Hasil visum mengatakan, beliau terkena stroke waktu sedang bertugas, dan orang-orang menghabisinya tanpa mau tau apa sebabnya.
Seringkali kita menghakimi orang dengan kejam padahal seharusnya kita menimbang dan memeriksa dahulu, nasi sudah menjadi bubur, semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran kita di kemudian hari.
Subscribe to:
Posts (Atom)