Tuesday, April 19, 2011

Seringkali kita lupa bersyukur

Dalam setiap saat, setiap hela nafas, setiap langkah, setiap gerakan bahkan setiap kedipan mata kita terdapat nikmat Allah, setiap bulir nasi yg kita suap, setetes air yang kita minum mengandung perintah syukur. Banyak sekali nikmat Allah yang kita terima setiap detiknya, bahkan kita tak akan sanggup menghitungnya. "Seandainya kalian menghitung nikmat Allah, tentu kalian tidak akan mampu" (An-Nahl: 18)

Bersyukur merupakan salah satu bentuk pengakuan kita sebagai hamba kepada Allah Sang Pencipta Yang Agung, dalam satu ayat disebutkan "Hai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya dia saja yang kamu sembah." (Al-Baqarah: 172)

Tapi kita seringkali melupakan untuk bersyukur, kita sering lalai dan terlena dalam harapan-harapan yang membuat kita menjadi insan manja, tidak tahan ujian, tidak tahan banting, lebay kalau saya bilang.

Misalnya masalah makanan, saat kita makan kita mengharapkan makanan enak, tetapi yang kita terima tidak seperti yang kita harapkan, saat itu kita merasa kecewa, padahal saat itu seharusnya kita menghaturkan syukur yang tak terhingga kepada Allah sehingga makanan itu sampai ke hadapan kita. Pernahkan kita fikirkan bagaimana makanan itu bisa sampai didepan kita, sebutir nasi dulu sajalah, sebelum menjadi nasi matang, perlu tangan lembut seorang tukang masak, mungkin ia seorang Ibu yang dengan bekerja sebagai tukang masak ia sangat berharap untuk dapat menghidupi anaknya dengan upahnya yang tidak seberapa, mungkin ia seorang karyawati kontrak yang bulan depan kontraknya habis dan tidak tahu akan bekerja apalagi setelah itu, atau sebelum nasi itu menjadi beras, mungkin seorang kuli telah mengantarkannya dengan berpeluh dan berpanas-panasan. Teringat seorang tukang becak yang dulu bekerja didekat rumah, beliau selain mengayuh becak juga menjadi kuli pengangkut beras, terlihat jelas dia sangat keberatan mengangkut beban 100kg di punggungnya dan beliau harus angkut beras-beras itu bolak-balik seharian dari truk ke gudang. Sebelumnya, beras itu tentulah ditanam di sawah oleh seorang petani, berpanas-panas dia berharap padinya tumbuh sehat dan padat, dan bisa dijual dengan harga pantas, padahal seringkali harganya jauh dibawah harga dasar pemerintah pada saat musim panen. Di sawah itu mungkin bekerja pula seorang buruh-buruh tani yang hidupnya sangat jauh dari berkecukupan. Dan masih panjang lagi rangkaian-rangkaian kisah yang terjadi tentang bagaimana sebutir nasi itu sampai di hadapan kita, kemudian setelah itu layakkah kita sia-siakan ? janganlah kita menghina Allah dengan menyia-nyiakan nikmat-Nya. Ambillah makanan yang ingin kamu makan dengan sekedarnya saja, dan tinggalkanlah yang tidak ingin kamu makan, jangan biasakan membuang-buang makanan.

Kakekku berumur 80 tahun lebih, beliau pernah bercerita, setelah penjajah Belanda pergi, makanan masih begitu susah diperoleh, untuk mendapat makanan pokok waktu itu yaitu singkong, harus berjalan lebih dari 30km dan itupun masih harus mengantri, Ibuku dan saudara-saudaranya yang masih kecilpun diajaknya bersama pula, itu hanya untuk singkong saja, beras merupakan makanan mewah pada saat itu, hanya pejabat-pejabat saja yang bisa mendapatkannnya.

Tentang makanan ini mari kita tengok kehidupan Rasullullah Muhammad SAW, berdasarkan riwayat, Aisyah r.a. pernah mengatakan, “ Dahulu Rasulullah saw tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan roti”

At Tirmizi meriwayatkan daripada Masruq RA, katanya: “Aku telah menemui Aisyah r.a., lalu beliau menghidangkan sesuatu kepadaku dan berkata: Aku tidak pernah makan kenyang, ketika aku mulai makan, mulailah aku menangis. Masruq bertanya: Mengapa? Jawabnya: Aku teringat tentang Rasullullah SAW yang telah meninggalkan dunia ini, demi Allah! Rasulullah SAW tidak pernah kenyang dengan daging atau roti dua kali dalam sehari.”

Ibn Abbas RA bahawa beliau menceritakan: “Rasulullah SAW sering bermalam berhari-hari sedangkan Baginda dan keluarganya tidak mempunyai makanan yang dapat dimakan di malam hari dan roti yang sering dimakan Rasulullah SAW adalah yang diperbuat daripada gandum.”

Aisyah r.a. beliau menceritakan: “Keluarga Muhammad SAW tidak pernah kenyang dua hari berturut-turut dengan roti gandum. Keadaan tersebut berlaku sampai Rasulullah SAW wafat.”

Baru sedikit tentang makanan saja, ternyata kita tidak pandai mensyukurinya...
Al-Quran menyebutkan bahwa orang-orang yang bersyukurlah yang mau mengakui tanda-tanda kekuasaan Allah di dunia dan mengambil pelajaran darinya. "Adapun tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh dengan subur dengan izin Allah. Dan tanah yang gersang, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kebesaran kami bagi orang-orang yang bersyukur." (Al-A'raf: 58)

bersamsung...

Cikarang 8/7/10
Mbah Jerangkong

No comments:

Post a Comment